Hubungan antara pola tidur dan kesehatan jantung sudah lama diteliti dalam dunia medis. Orang yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko lebih tinggi terhadap hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Ketika seseorang kurang tidur, tubuh meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol yang memicu peningkatan tekanan darah. Di sisi lain, tidur yang cukup membantu menurunkan aktivitas saraf simpatik sehingga jantung dapat beristirahat. Pola tidur yang tidak teratur juga mengganggu metabolisme glukosa, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi insulin.
Selain jantung, kualitas tidur juga berpengaruh pada sistem endokrin dan berat badan. Kurang tidur membuat tubuh memproduksi lebih banyak hormon ghrelin yang merangsang rasa lapar, sementara produksi leptin yang menekan nafsu makan justru berkurang. Akibatnya, seseorang lebih mudah mengonsumsi kalori berlebih tanpa disadari. Banyak studi menemukan korelasi antara kurang tidur dengan peningkatan risiko obesitas. Dalam konteks pencegahan penyakit, tidur yang cukup berfungsi sebagai mekanisme alami untuk menjaga keseimbangan hormon dan metabolisme tubuh.
Tidur yang berkualitas juga memperkuat sistem kekebalan, yang berperan dalam mencegah berbagai infeksi. Saat tidur, tubuh mengaktifkan sel T dan antibodi yang membantu mengenali serta melawan virus atau bakteri. Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang stabil tidak kalah penting dibanding pola makan sehat atau olahraga rutin. Dengan memperbaiki jam tidur, seseorang dapat mengurangi risiko penyakit kronis secara alami tanpa intervensi medis yang rumit.
